Masjid Besar Ujungberung, Masjid Terbesar Pertama di Bandung Timur
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Masjid akbar Ujungberung artinya keliru satu pusat kegiatan keislaman yg namanya cukup tersohor pada Kota Bandung layaknya Masjid Pusdai, Masjid Istiqamah, Masjid Ukhuwah, Masjid Salman, dan Masjid Cipaganti.

akan tetapi, tidak poly yg memahami bahwa masjid tadi memiliki sejarah yang relatif panjang serta namanya sudah dikenal sejak zaman HIndia Belanda, kurang lebih tahun 1800-an. Meski bangunannya sudah melalui poly perombakan dan tidak ada lagi bekas bangunan lamanya, tetapi masjid ini menyisakan sejarahnya yang masih dilestarikan masyarakat Ujungberung.

Masjid yang dibuat di athun baru 1800-an, dengan ukuran awal 7×9 meter di atas tanah kamasjidan seluas 80×117 meter atau 9.360 m2 ini memiliki impak yg relatif akbar pada siar agama Islam, khususnya di wilayah Bandung Timur. Pasalnya, kala itu, di kawasan Bandung Timur mirip Cileunyi-Cicadas, masjid akbar yg pertama ada merupakan Masjid akbar Ujungberung.

Sebelum bernama Masjid akbar Ujungberung, masjid ini bernama An-Nur, yang pada bahasa Arab berarti cahaya. sesuai sejarahnya, silsilah sepatu converse tanah masjid ini sangat pelik sebab tanahnya sudah disengketakan sejak dulu. Beberapa pihak memaparkan ihwal silsilah pendiri masjid tersebut diawali dengan seseorang yg bernama R. Mukisan, yg diyakini sebagai Penghulu Pertama Ujungberung.

sesudah selesai pembuatan Jalan Raya Pos, atas biar Bupati Bandung, R. Mukisan di athun baru 1810 mendirikan sebuah masjid di atas tanah sendiri yang jaraknya hanya sekitar 30 meter asal rumahnya. Bangunan masjid pada saat itu baru berukuran 7×9 meter bertiang kayu menggunakan atap welit serta dinding bambu.

Lain lagi ceritanya menggunakan surat wasiat R.H. Muhammad Hamdjah (92 tahun), tertanggal 26 November 1957. Dimana dalam surat tersebut, dia memaparkan perihal warta dari ayahnya (Muhammad Aspia) yang menyebutkan bahwa masjid tadi dibangun sang ayahnya tahun 1870 pada atas tanah hakkulah (tanah negara).

saat itu, R. Muh. Aspia menjabat menjadi naib pertama Masjid Ujungberung. pada saat mendapatkan cerita ayahnya, R.H. Muh. Hamdjah berusia 10 tahun. selesainya dewasa beliau bekerja di Kaum Ujungberung di awalnya sebagai marbot, khotib, juru tulis zakat, hingga ditunjuk menjadi khalifah asal tahun 1896 sampai 1921.

Kendati demikian, terlepas dari siapa yang sahih siapa yg galat, baik sang penggugat dan tergugat putusan bulat jika Masjid Ujungberung dirancang di athun baru 1800-an. kemudian, di awal tahun 1870-an bangunan masjid diperluas menjadi 10×10 meter dan pada tahun 1922 mengalami perubahan kembali menggunakan akbar bangunan tetap.

sampai pada 1953, bangunan masjid mengalami lagi perluasan menjadi berukuran 16×16 meter dengan dinding bangunan terbuat dari batu bata dan atap genting serta lantai jubin. selesainya mendapatkan beberapa kali perombakan, tanpa menyisakan bangunan yang usang, kini Masjid besar Ujungberung pun memiliki bangunan yg megah serta luas.


1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

FavoriteLoadingFavorit

Tentang penulis