•  
  •  
  •  
  •  
  •  

Petani di kabupaten Jember menerapkan sistem pertanian organik dalam pengelolaan huma pertaniannya. Meski sempat dihentikan karena disebut berisiko, tetapi yang akan terjadi panen pertanian organik justru menghasilkan panen yg jauh lebih baik.

Sayudi, koordinator Gapoktan Desa Darsono, Kecamatan Arjasa, Jember, berkata, menggunakan menerapakan sistem pertanian organik itu akibat produksi yang dihasilkan sangat mengagumkan. Padi yg dipanen berwarna kuning serta berisi lebih padat.

“Selama masa sebelum tanam, aku pakai sistem organik 100 %, hingga nanti memasuki masa panen,” ujar Sayudi, ketika ditemui di Dusun Kopang Krajan, Desa Darsono, Senin(5/7/2021).

Sayudi mengaku, sebelumnya justru sempat dilarang oleh seorang petugas PPL Pertanian desa setempat, menggunakan berkata sistem pertanian organik mampu sangat berisiko.

akan tetapi, saya punya inspirasi sendiri buat mengelola lahan pertanian tanpa menggunakan bahan anorganik, baik pupuk juga pestisida. saya sendiri putuskan buat menggunakan sistem organik, kemudian aku telepon PPL di desa sini. aku katakan di ketika itu, bahwasannya saya menginginkan pengelolaan lahan pertanian semuanya menggunakan bahan organik,” ujarnya.

Sayudi menambahkan, dirinya tetap konsisten atas langkah yang dipilihnya. Dirinya jua mendapatkan masukan dari petugas PPL yg melarang, namun tidak dihiraukan.

Komunikasi yang dilakukan Sayudi pada PPL Pertanian, semata-mata dirinya hanya ingin memberikan cara serta apa saja bahan yang dipergunakan.

“Segala masukan saya terima. karena theraskin acne pula artinya pengetahuan perihal pertanian yang belum saya peroleh. namun, permanen niat dan tujuan awal aku buat memanfaatkan bahan alami menjadi pupuk organik,” ungkapnya.

Sayudi menyebutkan, pengelolaan lahan pertanian dengan sistem organik dimulai menggunakan fase pertama peleburan tanah. Tanah sawah terlebih dahulu dibajak, lalu diratakan serta diberi parit (saluran air) di tepi sawah. tetapi Jika tanah sawahnya cukup luas, posisi parit penting buat dibentuk di tengah-tengah ladang sawah.

“Kebutuhan parit nantinya dibutuhkan buat kebutuhan huma sawah. tetapi, yang paling krusial adalah, sebelum masa penanam bibit, minimal tiga hari sebelumnya tanah yang telah rata ditaburi pupuk organik padat (POP), lebih dari tiga hari, yakni penanaman bibit padi,” jelasnya.

Sayudi mengungkapkan, pada fase penanaman adalah ketika yg sangat menentukan. sebab, gagalnya proses pertumbuhan padi rentan terjadi di usia muda. Penyebabnya sebab agresi hama.

sejak masa penanaman hingga usia 40 hari, perlu diberi pupuk organik cair (POC) yg terbuat berasal kencing ternak yg telah melewati masa fermentasi. Usia 40 hari ialah usia vegetatif tumbuhan. Sedangkan di usia 40 sampai 75 hari adalah fase generatif, yakni pertumbuhan tanaman, dan usia 75 sampai 85 hari, memasuki fase perawatan pertumbuhan biji padi. serta, di usia 85 hari penekanan kepada hadiah nutrisi buat pertumbuhan biji padi,” jelasnya.

menggunakan caranya tadi, Sayudi berhasil memperoleh akibat panen padi yang lebih cantik. Bahkan, ia juga menerapkan sistem organik di tanaman tomat dan mentimun, dan hasilnya pun memuaskan.

menggunakan keberhasilannya itu, saat ini poly petani lain mulai tertarik serta mengikuti cara yg dilakukan Sayudi.

Karyono, petani lain, mengaku berkat saran berasal Sayudi dirinya bisa untung pada saat panen padi miliknya.

“Selama proses perawatan, beberapa padi saya terlihat mirip terserang penyakit. lalu aku disarankan buat memakai pupuk organik cair. Seiring berjalannya hari sampai datang masa panen, panen yang didapatkan menguntungkan,” ucapnya.

sesuai pengalaman itu, sekarang Karyono mengaku kerap kali diskusi serta menggunakan olahan pupuk organik cair yang didesain oleh Sayudi.


1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

FavoriteLoadingFavorit

Tentang penulis