Batu Balian dan Legenda Dayak di Kalimantan Selatan
  •  
  •  
  •  
  •  
  •  

Mungkin terasa asing di telinga masyarakat jika mendengar Desa Paau, sebuah perkampungan di pedalaman Pegunungan Meratus yg hanya dihuni 600 jiwa penduduk menggunakan 172 kepala keluarga (KK). Desa ini terletak pada Kecamatan Aranio, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).

tempat ini terisolir, sporadis didatangi serta dikunjungi pendatang. Bahkan pemda setempat tidak acapkali bertandang ke desa yang lebih banyak didominasi penduduknya menggantungkan hidup dengan bertani serta memanfaatkan yang akan terjadi hutan itu.

Sebenarnya, Desa Paau bak mutiara terpendam pada dasar bahari, Karena memiliki bentang alam yang dapat memukau para wisatawan yang berkunjung ke sini. tetapi, aura mistis pada sini sangat bertenaga, sisa sisa peradaban suku Dayak pedalaman.

Haur bebunak mirip hidup melambai-lambai, seakan memanggil orang yg melihatnya.

koordinator grup Sadar Wisata (Pokdarwis) Penyaluhan latif, Desa Paau, Kecamatan Aranio, Aspiani Alpawi mengungkapkan ada beberapa objek wisata yang sudah dibuka buat kunjungan wisatawan, seperti puncak Gunung Haur Bunak, air terjun Mandin Penyaluhan Luar, dan air terjun Mandin Penyaluhan dalam.

Belum lagi ditambah menggunakan keindahan keindahan susunan batu besar di sirkulasi sungai berbatu yang dianggap rakyat setempat menjadi Batu Balian.

“Kita kelola objek wisata Desa Paau merupakan zenit Gunung Haur Bunak dengan keindahan panorama pemandangan alam pegunungan berasal ketinggian 1.129 Mdpl, kemudian air terjun,” kata Aspiani kepada Tagar, Rabu, 25 September 2019.

dia menilai, keindahan alam pada desa ini masih berbalut mistis, yang secara turun-temurun dituturkan warga lebih kurang, serta orang-orang yg pernah datang ke daerah ini.

pada pulang keindahannya, memang zenit Gunung Haur Bunak serta Batu Balian terungkap cerita mistis asal setiap orang yg pernah kesana,” kata Aspiani.

dia sempat mendengar cerita warga lokal yang pernah mengalami hal di luar akal waktu berada di zenit Gunung Haur Bunak.

Mereka menyaksikan bambu berdahan duri indihome beranjakmotilitas melambai supaya orang tersesat ditelan hutan. Padahal, ketika itu sedang tidak terdapat desir angin. Suasana benar-benar sedang senyap-senyapnya.

Mitosnya, berasal situlah daerah ini mendapat sematan Gunung Haur Bunak. Haur merupakan bambu serta bunak artinya berduri.

masyarakat pernah mengalami hal mistik di atas gunung, melihat sebuah telaga atau kolam berdinding beton yang sekelilingnya ditumbuhi haur bebunak, seperti hayati melambai-lambai seakan memanggil orang yang melihatnya,” tuturnya.

Mitos Perang Ilmu dan Penari perempuan Kesurupan

Hutan di Gunung Haur Bunak Kalimantan SelatanPendaki menyusuri hutan menuju puncak Gunung Haur Bunak di Kalimantan Selatan. (Foto: Tagar/Mohammad Apriani).

konon, menurut agama masyarakat sekitar, sebelum masuknya ajaran Islam, Desa Paau menjadi perkampungan suku Dayak pedalaman Pegunungan Meratus yg menganut kepercayaan animisme dengan menyembah pohon dan memuja-muja roh halus dan roh leluhur.

pada kurun waktu eksklusif, masih diadakan program istiadat Balian menggunakan ritual Batandik atau tarian khusus memanggil roh mistik. Penari dalam ritual tersebut akan kerasukan roh halus.

Suku Dayak lalu berubah sebagai batu.

Aspiani menuturkan, lokasi Batu Balian dikeramatkan serta diklaim daerah sakral secara turun temurun.

tempat tersebut diklaim pintu gerbang buat menembus dimensi lain, sebagai alat komunikasi antar suku Dayak yg tersebar pada wilayah lain. Bahkan, lokasi ini diyakini rakyat lebih kurang menjadi ajang beradu sakti antara suku Dayak.

yg kalah, istilah Aspiani, dikutuk menjadi Batu Balian. Hal tersebut menjadi legenda penduduk setempat.

“Batu Balian adalah sebuah legenda cerita masyarakat yang diceritakan secara turun-temurun semenjak orang tua dulu. Jadi batu-batu tersebut dari agama orang tua dulu merupakan manusia suku Dayak yang kemudian berubah menjadi batu,” katanya.

Pengalaman Mapala di Desa Paau

Air Terjun Mandin Penyaluhan dalam di Kalimantan SelatanMapala mencapai air terjun Mandin Penyaluhan pada pada Kalimantan Selatan. (Foto: Tagar/Mohammad Apriani).

Nasrullah, galat satu mantan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) universitas pada Banjarmasin yang sempat mendaki Gunung Haur Bunak pada tahun 2000 silam berkata, jangan kan menaklukkan gunung ini, buat bisa sampai ke Desa Paau saja tergolong tidak mudah.

Selain keberadaannya cukup jauh asal sentra kota, jalan yang dilalui jua sangat menguji adrenalin. Pengunjung, menurutnya, tidak boleh mengesampingkan mistis yg menyelimuti tempat tersebut.

saat itu terdapat bunyi macan, semuanya takut akhirnya berlarian berkumpul pada satu tenda.

pria berkacamata ini menceritakan, waktu berada pada Desa Paau, beliau sempat mengelilingi semua objek wisata di sana selama delapan hari, termasuk ke Batu Balian, air terjun Mandin Panyaluhan Luar serta Mandin Penyaluhan dalam yang menyajikan estetika tebing batu dengan tinggi 40 meter yg mengucurkan air tiada henti.

sehabis dibujuk, pehobi hiking ini akhirnya bersedia menceritakan pengalaman mistisnya saat mendaki Gunung Haur Bunak tahun 2000 silam.

di tengah hutan rimba, dia menyaksikan ada seseorang pria tua sedang memancing, di sekelilingnya tumbuhan beranjakmotilitas tanpa tiupan angin. namun lelaki baya itu membisu saja, tidak menengok dan mengacuhkan pendatang.

aku sempat melihat kejadian aneh mirip yg diceritakan masyarakat lebih kurang. Sebuah telaga atau kolam kecil berukuran kurang lebih tiga meter menggunakan ditumbuhi haur bebunak atau bambu berduri melambai-lambai,” kata beliau.

“Lebih aneh lagi, aku lihat terdapat seorang kakek-kakek menggunakan topi berbahan purun sedang duduk pada tepi telaga sembari mengarahkan kail pancing kedalam air damai di telaga,” lanjutnya.

bersama 22 rekannya, Nasrullah kompak merogoh langkah seribu. karena hal tadi mereka mencari lokasi lain untuk mendirikan tenda. beliau tak jadi kamping di dekat mata air.

Menjelang senja, ketika mentari nyaris karam, lanjutnya, terdengar bunyi macan yg mengaum sangat keras. Lagi-lagi hal ini membuat mereka kocar-kacir berlarian masuk semua ke pada tenda.

saat itu terdapat suara macan, semuanya takut akhirnya berlarian berkumpul pada satu tenda,” tuturnya.

Penetapan Desa Paau menjadi Destinasi Wisata

Matang Kaladan di Kalimantan SelatanLanskap objek wisata Matang Kaladan pada Kalimantan Selatan pada 23 September 2019. (foto: Tagar/Mohammad Apriani).

kepala Bidang Destinasi serta Pengembangan Wisata Dinas Kebudayaan serta Pariwisata Kabupaten Banjar Faizal Riza Kasransyah menunjukan, objek wisata di Desa Paau waktu ini sudah ditetapkan menjadi destinasi wisata di Kabupaten Banjar, Kalsel.

sudah masuk sebagai destinasi wisata baru buat dikunjungi. di sana jua sudah kita bentuk Pokdarwis yg mampu mendampingi wisatawan ketika mengunjungi objek wisata Desa Paau. Jadi, wisatawan bisa lebih nyaman dan safety berwisata di sana,” kata dia.

Faizal, sapaan akrabnya, menjelaskan rute bepergian untuk bisa tiba ke Desa Paau. dari Kota Martapura, perjalanan wajib mengarah ke dermaga pelabuhan kapal motor di waduk PLTA Riam Kanan pada Desa Tiwingan usang, Kecamatan Aranio.

“Memerlukan saat paling cepat 30 mnt,” katanya.

sesudah bernegosiasi dan setuju soal tarif jasa kapal motor buat ditumpangi menuju desa Paau, istilah Faizal, diperlukan lagi waktu lebih berasal satu jam hingga kapal motor bersandar pada dermaga Desa Paau.

sehabis itu perjalanan menantang adrenalin penuh usaha baru dimulai. asal Desa Paau memulai petualangan mendatangi objek wisata terdekat yakni Batu Balian yang dapat disusuri menggunakan berjalan kaki kurang lebih 40 mnt.

sementara buat mendatangi objek wisata air terjun Mandin Penyaluhan Luar dan Mandin Penyaluhan pada diharapkan jalan kaki empat jam jalan kaki.

Sedangkan buat mendaki Gunung Haur Bunak sampai mencapai puncak , terlebih dulu harus mencapai camp berawan.

“Perlu saat cukup lama , berasal pagi sampai sore hari. asal camp berawan, bepergian mendaki pulang memerlukan ketika lebih dari 3 jam,” ujarnya.


1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

FavoriteLoadingFavorit

Tentang penulis